Warna – Warni Debat Cagub Jawa Barat : Dari Ridwan Kamil Tanyakan Soal Air Citarum Hingga Debat Berakhir Ricuh

Jawa Barat, medianusantaranews.com

Pilgub Jawa Barat memang sangat menarik untuk diikuti. Selain memang menjadi daerah rebutan bagi parpol karena besarnya jumlah pemilih di Jawa Barat, dinamikanya juga dipenuhi naik turun emosi bagi para pendukungnya.

Seperti apa yang terjadi kala debat yang digelar di Balairung, kampus Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat yang sempat meninggikan tensi salah satu pendukung cagub Jawa Barat, 14/05 lalu.

Setelah sebelumnya Ridwan Kamil membanggakan cawagubnya Uu Ruzhanul Ulum sebagai bupati terbaik se Indonesia dalam bidang pertanian.

” Terkait pertanian, saya punya bupati terbaik se-Indonesia di bidang pertanian. Satu-satunya kabupaten di Indonesia yang mengekspor beras ke Amerika dan Eropa, ada di Tasikmalaya. Solusinya ada di Kang Uu,” katanya, seperti dikutip dari merdeka.com.

Ridwan Kamil juga kemudian mempertanyakan janji gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan yang mengatakan akan mengupayakan agar air sungai Citarum dikelola dan bisa diminum oleh masyarakat. Hal tersebut diungkapkannya kala pasangan Kamil – Uu melakukan perdebatan sengit dengan pasangan Demiz – Demul.

” Tapi nyatanya malah tidak ( air Citarum bisa diminum ). Bahkan pada Perpres nomor 15 tahun 2018, selama ini tidak banyak kemajuan. Karena sifatnya multi dimensi, tidak hanya limbah, tapi penggerusan tanah-tanah. Jadi memang masalahnya ada di kepemimpinan. Sebab, jika hanya satu dimensi itu urusan dinas. Sedangkan, jika sudah multi dimensi sudah urusan kepemimpinan,” ujarnya mantap.

Di satu sisi, debat cagub Jawa Barat juga kemudian berakhir ricuh. Hal itu disebabkan pada saat closing statement tiba – tiba pasangan Asyik mengeluarkan kaos yang bertuliskan ” #2019gantipresiden ” yang saat ini sedang viral dan penuh kontroversi.

Sebelumnya dilansir dari republika.co.id, debat publik cagub Jabar di Balairung Kampus Universitas Indonesia (UI), Depok, Senin malam, sempat diwarnai kericuhan. Kericuhan yang berasal dari para pendukung terjadi setelah pernyataan penutup pasangan calon gubernur Sudrajat dan Syaikhu (Asyik) yang diusung Gerindra-PKS.

Saat itu Sudrajat sampai pada ujung pernyataannya dan Syaikhu tiba-tiba mengeluarkan kaus bertuliskan 2018 Asyik Menang, 2019 ganti presiden. “Kalau Asyik menang, insya Allah 2019 kita akan ganti presiden,” kata Sudrajat.

Aksi pasangan itu ternyata memancing emosi pendukung pasangan Hasanudin-Anton Charliyan (Hasanah) yang diusung PDIP. Suasana tiba-tiba ricuh dari area kursi pendukung.

Para pendukung pasangan Hasanah tampak meluapkan emosinya. Padahal ketika itu pasangan nomor 4, yakni Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi, belum menyampaikan clossing statement-nya.

Berkali-kali pemandu acara peminta para pendukung untuk tenang, tetapi tidak berhasil. Teriakan-teriakan masih terus terdengar.

“Mohon tenang, mohon tenang, tidak akan selesai acaranya kalau Anda tidak tenang,” pinta pemandu acara, Alvito Deanova.

Namun, suasana terasa makin tidak terkendali dan makin panas. Istri Deddy Mizwar tampak ketakutan sehingga dia lari ke arah panggung menghampiri suaminya.

Tiga pasangan cagub-cawagub pun tampak berusaha menenangkan pendukung supaya tenang. Namun, pasangan Asyik tampak tetap duduk di kursinya.

Ketua Tim Pemenangan Paslon Sudrajat-Ahmad Syaikhu (Asyik), Haru Shuandaru angkat bicara terkait kericuhan dalam debat publik Pilkada Jawa Barat di Universitas Indonesia, Depok, pada Senin (14/5) malam. Haru menegaskan, kata-kata 2019 Ganti Presiden yang disampaikan Paslon Asyik di akhir debat merupakan hak berekspresi yang dijamin undang-undang dasar.

Oleh karena itu, Haru mengatakan pihaknya menyayangkan keributan yang terjadi pascapasangan Asyik menyampaikan kata-kata itu. Menurutnya, jika semua pihak yang hadir mengedepankan semangat demokrasi, maka keributan tidak akan terjadi.

“Kami menyayangkan tindakan kasar yang dilakukan oleh oknum pendukung pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Barat lain yang bertindak mengedepankan emosi dan mengabaikan semangat demokrasi,” ujarnya, Selasa (15/5).

Komisioner Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Mochammad Afifuddin menuding pihak penyelenggara kecolongan soal kerusuhan terjadi semalam di Debat Kandidat Pilgub Jawa Barat, Senin (14/5). Terbentangnya kaus #2019GantiPresiden yang diperlihatkan Pasangan Cagub nomor urut 3 Sudrajat-Syaikhu saat pernyataan penutup, membuat massa pendukung mengamuk dan mengeluarkan kata-kata kasar.

“Itu yang juga saya pertanyakan kenapa sampai ada yang bisa membawa kaus? Ini kan semua harus bisa menjaga suasana, saya kok merasa ini panitia atau KPU kecolongan,” kata Afif kepada media di Kantor Bawaslu, Jakarta Pusat, Selasa (15/5).

Bawaslu kini menindak lanjuti dugaan temuan kesalahan dilakukan penyelenggara. Nantinya hal tersebut akan dipetakan, ada pada ranah etik, adminisitrasi, atau pidana.

“Jadi kalau dari ranah sisi, yang mungkin itu kaitannya dengan keprofesionalan penyelenggara, dalam hal ini KPU. Ranahnya masuk ke etik. Nanti kita lihat kesaksian kawan (Bawaslu) di sana untuk kemudian bersikap,” tegasnya.

Menyangkut adanya kesengajaan dilakukan para pasangan calon, Bawaslu belum bisa berkomentar. Pihaknya harus memastikan aturan disepakati penyelenggara dan para pasangan calon.

“Jadi kita harus pastikan, kesepakatan ini (mau menampilkan kaus) sudah disampaikan atau belum? Setahu saya sebelum debat itu ada kesepakatan, jangan-jangan soal itu (kaus) tidak disampaikan, biasanya ini menjadi aturan yang sangat kaku,” tutup dia.

Sumber : merdeka.com dan republika.co.id

(Dhit)




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *