Medianusantaranews.com (Palembang) – “Sudah lebih 40 tahun saya menjadi pendidik dan tahun 2021 pertengahan ini saya sudah pensiun, namun diujung masa purna saya meninggalkan kesan yang kurang bagus sebagai Guru yang konon kental dengan kata-kata kebanggaanya bahwa Guru itu yang bisa di Gugu dan di Tiru, tetapi kata-kata itu sudah tidak tepat disandangnya untuk era yang super modern saat ini,” ucap Syamsul Arief (59 tahun) yang mengaku sebagai guru disebuah SDN di wilayah Provinsi Lampung yang sempat diajak berbincang dengan awak media ini di BKB Palembang (30/8/2020).
Pak Arief menambahkan, sistem pendidikan (sisdik) saat sekarang bukan hanya para wali murid yang dibuatnya bingung, namun bagi para pendidik juga lebih dibuat pusing, “apalagi yang masa tugasnya mendekati pensiun seperti ini, jangan mengoperasikan Komputer, Laptop, Handpone yang android untuk handpone biasa saja cuma bisa sms,” ujarnya.
Masih kata Bapak 3 anak 6 cucu ini berjalan-jalan ke Kota Pempek ini sengaja berekreasi bersama keluarga sekaligus ingin melihat lebih dekat keberadaan Jembatan Ampera yang konon punya misteri sejarah dan ingin mengetahui tentang Sriwijaya, karena satu diantaranya masih berdarah Palembang tetapi baru sekali ini datang di Palembang, sebab dia lahir di Jogja dan besar di Jakarta sampai kerja disana dan punya 2 baru sekarang tau kota Palembang yang sebenarnya.
Karena beliau juga guru di SMP dan sistim belajar lewat online jadi bisa kemana-mana dan mengajarnya pun bisa dilakukan diatas kendaraan sambil berjalan-jalan, termasuk saya juga saat ini dalam mengajar ya juga belajar, jujur saja saya tak pandai mengoperasikan handpone android. Nah kalau gurunya tak cakap mengajar pakai sistem ITE semacam ini hasilnya bagaimana dengan ilmu yang diterima oleh murid, sementara yang mengajari langsung orang tuanya yang selama sebagai petani.
Sedangkan untuk proses belajar mengajar (PBM) yang dilaksanakan di kelas saja para muridnya masih lambat nyambung penjelasan guru dan sekarang menggunakan handpone, belum lagi terkendala Signal juga masalah kuotanya yang membuat kami sebagai guru merasakan sedih selama musim corona virus para wali siswa diminta membuat surat penyataan diatas materai 6000 ribu, hal yang begini ini kan tidak mendidik namanya.
Dijelaskanya, banyak para guru dan para Kepala Sekolah yang menolak mengusulkan keatasnya jika akan melaksanakan PBM didalam kelas seperti biasanya selama dimusim covid ini, sebab tanpa pemberitahuan dan membuat pernyataan jika ingin belajar di kelas cukup dikabarkan 1-5 siswa suruh dtang ke Sekolah sudah berebut datang semua, tinggal diberikan pengumuman ikuti aturan covid terutama mengenkan masker kan sudah cukup dan tidak boros.
“Tidak tau saya kalau di Palembang mau belajar dikelas itu apakah harus wali murid membuat pernyataan dulu apa tidak seperti di Lampung, sebab kalau ditempatnya mengajar Kepala Sekolah belum lama ini mengusulkan ke Dinas agar wali murid harus membuat pernyataan jika PBM di kelas dilaksanakan, tetapi banyak juga wali murid yang menolaknya usulan itu, katanya sembari meminta tidak mau difoto semua keluarganya,” ucapnya.
Sementara ibu Nasro (52) wali murid asal Banyuasin saat ditemui awak media ini di kediamanya di kawasan Simpang Tiga Betung mengatakan, semenjak ada sistem belajar di internet membuat tensi darahnya terus naik melebih standar kesehatanya, selain memang tidak menguasai pelajaranya juga tidak mudah memahami perintah dari materi pelajaran lewat internet dan diakui baru ada belajar pake handpone android memegang handpone itu, selama ini punya handpone itu hanya bisa mengirim dan menerima SMS saja.
Nasro berharap pihak sekolah segera membuka kembali belajar dikelas seperti tahun-tahun sebelumnya, dengan sistem belajar pakai handpone saat ini banyak waktu sebagai ibu rumah tangga yang tersita mengajari anaknya pun tidak bisa, maaf pendidikanya pun tidak sampai SMP, terangnya seraya menambahkan, “Jika memang sekolah harus meminta surat keterangan saya buat, masalah corona itu saya pasrah saja dengan Sang Pencipta saja,” tegasnya.
Dikutip dari berbagai media yang menayangkan sisdik di Banyuasin diberlakukan belajar dikelas disesalkan oleh Gubernur Sumatera Selatan, Herman Deru, karena tindakan Pemkab Banyuasin, yang telah memberlakukan sekolah tatap muka bagi siswa SD, SMP, SMA, sedangkan Banyuasin masih dalam status zona orange Covid 19. Menurut Herman Deru, sekolah baru bisa menerapkan sekolah tatap muka setelah wilayahnya dinyatakan berada di status zona hijau. (MNN/Waluyo)