Begini Komentar Petani Sawah Sumatera Selatan Pasca Panen Harga Gabah Anjlok

Medianusntaranews.com, (Martapura)-Pasca panen padi sawah di Sumatera Selatan para petani menjerit, lantaran harga gabah anjlok, dari biaya tanam dan perawatan tidak berimbang akhirnya merugi seperti dialami para petani di Kabupaten OKU Timur yang memasuki musim panen di tahap pertama awal tahun 2021 ini.

Hasil pada musim panen berbalik para petani merugi, karena ongkos tanam dan pemeliharaan tanaman padi yang tinggi tidak sebanding dengan harga jual gabah dan beras yang rendah, ucap petani asal Buay Madang, Gito (44) kepada wartawan media ini beberapa saat yang lalu.

Kami petani sawah disini hanya bisa pasrah dengan kondisi harga saat ini, jangankan berfikir boleh untung, kalau harga jual hasil panenya dengan harga murah bahkan mengalami kesulitan.

“Pupuk bersubsidi saat musim tanam sangat susah didapatkan, kami terpaksa membeli pupuk non subsisdi dengan harga tinggi. Sedangkan harga gabah kering saat panen hanya Rp 3000 perkilo sedangkan harga beras hanya Rp 7000 perkilo. Sengan harga segitu kami para petani masih kesulitan untuk menjualnya,” ungkapnya dengan muka gelisah.

Terpisah, menyikapi permasalahan beras dan gabah murah pada saat musim panen saat ini, Azmi Shofix, Anggota DPRD Provinsi Sumatera Selatan dari fraksi Demokrat angkat bicara.

“Seharusnya negara hadir menyikapi permasalahan petani. Kasihan petani, pejuang ketahanan pangan kita, dikala musim tanam mau cari pupuk saja susah dan mahal, di waktu musim panen harga beras dan gabah murah bahkan sulit menjual,” ungkapnya.

Anggota DPRD Sumsel termuda ini menuturkan, menurut Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 24 Tahun 2020 menyebutkan bahwa dalam rangka pelaksanaan pengelolaan cadangan pangan pemerintah untuk gabah atau beras ditetapkan bahwa HPP (Harga Pokok Pembelian) pembelian Pemerintah di Gudang Bulog adalah Rp 8.300,- per Kg.

“Saya kira jelas negara harus hadir. Daripada memenuhi stok cadangan pangan nasional melalui impor yang digadang-gadang akan dilakukan sebesar 1 juta ton, maka saat ini lebih baik menyerap beras petani lokal kita yang sedang panen raya dan harganya jatuh,” tegasnya.

Lebih lanjut Anggota DPRD Sumsel Komisi dua ini berkomitmen akan mendorong Pemda (Kabupaten & Provinsi) untuk berkolaborasi dan bersinergi dengan BULOG untuk menyerap hasil petani OKU Timur.

“Kita ketahui bersama bahwa saat ini harga beras di tingkat petani berkisar di angka Rp 6.500,- s.d. Rp 7.000,- per Kg, sangat murah. Bulog harus membuka keran pengadaan sebesar-besarnya untuk menyerap beras Cadangan Beras Pemerintah (CBP), tentu saja dengan memperhatikan kualitas dan SOP yang berlaku. Saya kira kualitas beras petani kita ini cukup baik dan mampu memenuhi kriteria persyaratan pengadaan yang ditetapkan oleh Bulog.

Masih menurut Shofix, Bulog memang menghadapi dilema, artinya Bulog menjadi garda terdepan penyerapan hasil pertanian akan tetapi tidak mempunyai kanal penyaluran berasnya.Jadi insan Bulog ini berfikir, nyerap banyak – banyak berasnya mau dikemanakan?.

“Kita ketahui bersama sekarang program Raskin/Rastra sudah tidak ada. Program Sembako BPNT pun tidak murni penugasan nya ke Bulog. Oleh karena itu perlu adanya sinergitas antara Pemda dan Bulog untuk menyerap hasil petani dan memikirkan output dari hasil penyerapan beras tersebut, apakah disalurkan untuk program Beras ASN, Bantuan Beras Daerah, atau untuk TNI/Polri di wilayah masing-masing,” pungkasnya(mnn/Jim/biro-ss)




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *