Banyuasin,medianusantaranews.com- Keluhan masyarakat petani perkebunan Kelapa sawit dan Karet diwilayah Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan beberapa bulan terakhir terus mengeluh, pasalnya harga buah sawit sampai saat ini dari petani pada kisaran harga Rp 400 perkilonya, sedangkan untuk getah karet kisaran Rp 7,5 ribu hingga Rp 9,8 ribu perkilonya, tetapi saat ini kondisi getahnya encer dan sedikit.
Penyebab anjloknya harga buah sawit saat ini selain sedang dalam kondisi buah melimpah, tapi faktor sarana jalan juga berpengaruh besar terdampak murahnya harga itu, sedangkan untuk harga getah karet sudah beranjak naik yang menguntungkan, namun terdampak kemarau berkepanjangan dan kondisi batang dan daun sedang bersemi tidak banyak mengeluarkan getah, sekalipun ada bentukan cair, ucap H Sugi (64) kepada wartawan (6/10/2018).
Marimin (47) warga Pulau Rimau saat berbincang dengan wartawan menjelaskan sudah lama harga sawit disini harga tertinggi Rp 700 perkilo itu tahun 2017 lalu,setelah masuk tahun 2018 pernah hanya Rp 250 perkilo, maka punya warga primer 1 waktu itu ada sekitar 50 ton cuma dibakar.
Dikatakan Marimin, upah panen saja Rp 200 perkilo, sedangkan tengkulak beli sama petani Rp 400 perkilo, maka untuk kedepanya tidak bisa beli pupuk dan upah membersihkan lokasi perkebunanya. Dari hasil itulah untuk makan, biaya anak sekolah sudah pas, jadi kalau untuk hidup layak sepertinya masih susah, tandanya.
Sementara petani karet seperti dikatakan H Sugi, tidak banyak tanam pohon sawit, tapi teman saya yang di wilayah Kecamatan Pulau Rimau kemarin ngobrol mengaku terus menipis hasilnya, karena sejak memasuki tahun 2018 ini harga dari petani dalam kisaran Rp 400 perkilonya. “Kalau petani kebun karet sebenarnya dalam sebulan terakhir ini bisa dibilang diuntungkan, harganya pada kisaran Rp 9 ribu perkilo, tetapi kendalanya saat ini kondisi getahnya encer dan sedikit sekali”, jelasnya.
H. Sugi menambahkan, waktu harga getah pada kisaran Rp 5 ribu s.d Rp 6 ribu perkilo dalam satu bulan bisa menghasilkan getah karet kisaran 20 ton perbulanya. ” Untuk saat sekarang dalam satu bulan terakhir untuk mengejar boleh 5 ton satu bulan susah, jadi jatuhnya malah merugi, walau harganya sudah standar”, keluhnya.
Harapan Marimin dengan pemimpin daerah Kabupaten Banyuasin yang baru mudah-mudahan memberikan perhatian kepada petani sawit seperti di Pulau Rimau, karena murah harga sawit disini terdampak rusaknya sarana jalan darat menuju ke pabrik, kalau melalui jalur air biayanya justru lebih mahal lagi, tutupnya.(waluyo)