Banyuasin, MNN- Sedikitnya ada ratusan karyawan PT. KSL yang bergerak dibidang perkebunan dan pengeolahan buah kelapa sawit yang berada di Desa Lubuk Karet Kecamatan Betung Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan sudah 7 bulan 2019 ini tidak ada aktivitasnya lagi, bahkan pintu gerbang masuk lokasi Kantor dan pabrik pengolahan buah pun sudah ditutup rapat dan mirisnya lagi juga sudah segel berupa spanduk yang bertuliskan “dilarang masuk”.

Dari 230 karyawan yang terancam dirumahkan oleh Pt. KSL diantaranya 150 orang sebagai karyawan yang bekerja di Kantor dan pabrik pengolahan buah sawit dan 80 orang sebagai karyawan yang berada di Perkebunan. Para karyawan itu yang sudah bekerja di perusahaan rata-rata diatas 10 tahun bahkan ada sejak perusahaan itu ada.
” Memang sampai saat ini semua karyawan statusnya belum dirumahkan, tetapi masih menjadi karyawan, mereka cuma datang kekantor sekedar mengisi absen setelah itu pulang dan perusahaan ini tidak beroperasi sejak 7 bulan lalu”, ucap Zulkarnain saat dijumpai wartawan media ini dikediamanya (14/12/2019).
Karena kami ini statusnya masih sebagai karyawan, tentu kami menuntut upah kami selama tiga bulan dari Oktober dan November termasuk dibulan Desember 2019 ini, sebab kami masih diwajibkan datang kekantor menandatangani absen setiap hari kerja.
Andaikata memang perusahaan hendak merumahkan kami atau memutuskan hukungan kerja (PHK), tentu kami juga akan menuntut hak kami selama mengabdi diperusahaan itu berupa pesangonya, sebab kami bekerja di Pt. KSL lebih dari 10 tahun dan didalam aturan ketenagakerjaan bahwa perusahaan wajib memberi pesangon kepada karyawan yang di PHK.
Yang mirisnya lagi menurutnya dengan tidak ada aktivitas didalam perusahaan, ada beberapa aset perusahaan habis dijual untuk membayar upah karyawan dan saat ini kondisi keamanan didalam komplek perusahaan pun tidak aman lagi dan banyak barang perusahaan yang hilang bahkan rumah Meneger pun dibobol orang.
Sedihnya lagi lanjut dia, efek dari tidak menerima upah lagi beberapa bulan terakhir ini, membuat ekonomi rumah tangga kami jadi morat-marit bahkan anak-anak kami pun terancam tak bisa melanjutkan sekolahnya kejenjang lebih tinggi, karena selama ini perekonomian kami termasuk rekan-rekan karyawan yang lainya yang tidak usaha sampingnya penghasilnya bergantung dari pendapatan sebagai karyawan di perusahaan ini, ungkapnya.
Lebih jauh Zulkarnain menuturkan, kalau pihak Menegemen perusahaan ini terus memberlakukan kami semacam ini memang hidup kami jadi terkatung-katung, sebab status masih menjadi karyawan, tetapi tidak menerima upah, jika kami dirumahkan tidak menerima pesangon, sedangkan tiap hari kami masih diminta mengisi absensi, keluhnya.
Sayangnya hingga berita ini ditayangkan pihak perusahaan baik kepada Humas maupun pihak Menegemen pun belum ada yang diperoleh nomor kontaknya untuk bisa dimintai konfirmasinya. (waluyo)