Selayang Pandang Bursa Kandidat Pilkada Bumei Tuwah Bepadan Lampung Timur

LAMPUNG TIMUR(MNN) — Pilkada 23 September 2020 termasuk di Lampung Timur (Lamtim), kini membuat masyarakat setempat ramai mengerucutkan bursa nama kandidat.

Sejumlah nama beredar, bakal calon bupati dan wakil bupati Lampung Timur 2021-2024, kini ramai diperbincangkan mulai dari profil, rekam jejak kiprah, hingga asupan program yang bakal digadang jadi senjata merebut simpati 800 ribu rakyat calon pemilih di 264 desa 24 kecamatan.

Salah seorang pemerhati politik Lamtim yang berkeberatan disebutkan identitasnya, kepada redaksi, Sabtu (8/2/2020) membeber dinamika konfigurasi elite bursa kandidat di tataran tapak (akar rumput).

Menurutnya, petahana Bupati Lamtim Zaiful Bokhari, dengan modalitas politiknya masih berada di atas angin. “Secara elektabilitas, juga popularitas, Bang Ipul (sapaan Zaiful) unggul 52 persen,” ungkapnya mengutip data sebuah survei.

Dikatakan, tren politik petahana, dan belum adanya “keajaiban” politik dari rerata (kini masih) bakal calon hingga resmi penantang nantinya, sejauh ini beririsan dengan banyak harapan rakyat Lamtim terkait pekerjaan rumah program pembangunan yang mesti dituntaskan. “Disini letak keunggulan itu.”

Ia menyebut sejumlah nama pesohor bursa kandidat pilkada langsung pertama 2005, kembali mengemuka. Seperti Noverisman Subing (mantan wabup 2005-2010, saat itu di Partai Golkar, kini petahana anggota DPRD Lampung), Ketut Erawan (eks Ketua DPRD Lamtim 2004-2009, kini petahana anggota DPRD Lampung), Yusran Amirullah (ketua DPC NasDem Lamtim, kini wakil ketua DPRD Lamtim), dan Dawam Raharjo (bekas Camat Waway Karya, kini Kepala BKD Pringsewu).

Menurutnya, andaipun keempat nama itu nanti muncul, Zaiful akan tetap unggul. “Termasuk nama Pak Dawam misalnya, saya lihat sepintas lalu terbatas cuma di beberapa kecamatan, karena pernah jadi camat. Sementara, konstelasi saat ini 180 derajat jauh beda. Beda banget,” tandasnya.

Pun halnya andai nama-nama baru bursa balon bupati seperti Joko Pramono (anggota F-PDIP DPRD Lamtim), Suhadi (pengusaha/mantan anggota F-PD DPRD Lamtim), Andri Sohar (kader Partai Demokrat).

Didesak apakah dirinya pendukung Zaiful, sumber ini menolak menjawab. Ia hanya meyakinkan keterangannya berdasarkan hasil survei terbatasnya ke 24 kecamatan. Sayang, ia enggan membeberkan rinciannya.

Sisi lain, selain Ketut dan Noverisman, di bursa balonwabup kini beredar diantaranya nama Andri (anggota F-PG DPRD Lamtim), Gunawan (eks anggota DPRD Lamtim/PDIP), Makruf Abidin (tokoh masyarakat), Mudjoko (kader PAN), dan Siswanto (Camat Gunung Pelindung).

Terpisah, aktivis prodemokrasi Lampung, Muzzamil, saat diminta tanggapannya, Sabtu, menyoroti periodisasi kepemimpinan politik Lamtim yang praktis hanya menyisakan satu periode tuntas hingga akhir masa jabatan.

Mantan aktivis 1998 yang pernah terlibat tim pemenangan paslon pilkada Lamtim 2005 ini merincikan, kurun sejak lahir 1999, diawali Pj HM Nurdin April 1999-April 2000, Lamtim beroleh bupati definitif pertama hasil pilkada DPRD pertama, Irfan Nuranda Djafar CES, 5 Mei 2000 hingga 18 November 2002.

“Bang Irfan diberhentikan dengan hormat saat itu karena terlanjur mengundurkan diri, ikut Pilgub Lampung 30 Desember 2002. Wabup Bahusin naik tahta, 10 Desember 2002 hingga 5 Mei 2005 ia diberhentikan, karena kasus korupsi,” ia menguak data.

Kemudian, lanjut Muzzamil, digantikan Plt Syaiful Anwar Mei-Agustus 2005, pengantar sukses pilkada langsung pertama Lamtim, dimenangkan paslon Satono-Nover periode 2005-2010. “Sesudahnya, belum pernah ada kan yang kompak duet hingga akhir masa jabatan?” ungkapnya bertanya, resiprokal.

Sang petahana, sambung ia, “pisah ranjang”. Pemenang, Satono-Erwin Arifin pun cuma bertahan setahun, 2010-2011, karena lagi-lagi Satono terjerat pidana korupsi. Erwin Arifin, mantan Ketua KPU Lamtim 2004-2009 naik tahta, 26 Mei 2011-29 Mei 2012.

“Lanjut definitif, Pak Erwin saat itu menjabat 30 Mei 2012-2 September 2015. Karena ikut pilkada, lahir Pj Tauhidi 2 September 2015-17 Februari 2016. Nasib Pak Erwin kurang baik, digugurkan pencalonannya pilkada 2016 karena cawabup Prio Budi Utomo dari PKS, mangkat. Jadilah head to head, Yusran-Sudarsono dan Chusnunia-Zaiful,” papar dia.

Hingga, duet terakhir Chusnunia-Zaiful cuma awet 17 Februari 2016-15 Juni 2019 lantaran bupati perempuan pertama Lamtim mundur mencalon Pilgub Lampung (Chusnunia kini Wagub Lampung 2019-2024). Zaiful naik Plt, dan definitif sisa masa jabatan 2016-2021.

“Besar harapan saya, produk politik pilkada serentak nasional 2020 di Lamtim ini akan melahirkan duet bupati-wakil bupati yang teguh hati untuk bersama hingga tuntas akhir masa jabatan,” tuturnya.

Ini penting, Muzzamil menggarisbawahi, bagi pembelajaran politik, etika demokrasi, dan warisan sejarah Bumei Tuwah Bepadan. “Sekaligus bukti, apa yang kami perjuangkan masa reformasi 1998, antara lain kebebasan berdemokrasi, berpendapat, dan berekspresi, serta demokrasi multipartai, tak sia hasil. Saya meyakini, elit politik dan rakyat Lamtim satu harapan demi pemajuan pembangunan,” pungkas dia. [red]




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *