KOMPENSASI TANAM TUMBUH MILIKNYA BELUM DIBAYAR PTBA, BERDAMPAK PADA PSIKIS NENEK MARIYAM

Muara Enim
medianusantaranews.com

Mariyam (70th) warga Lobang 8 Talang Jawa Tanjung Enim Kecamatan Lawang Kidul Kabupaten Muara Enim merasa sangat sedih lantaran tanam tumbuh yang dia usahakan belum mendapat kompensasi dari PT Bukit Asam Tbk.

Nenek yang sudah berusia lanjut ini terus meratapi lahan konsesi PT Bukit Asam yang sudah ia tinggali sejak zaman kakeknya dulu atau pada zaman penjajahan Belanda tahun 1945 silam,  akan ia tinggalkan karena nenek Mariyam akan di relokasi ke perumanan yang dibangun PT Bukit Asam di kawasan Bara Lestari Keban Agung Kecamatan Lawang Kidul Kabupaten Muara Enim.

Yang menjadi pikiran nenek Mariyam bukan cuma kerena kediaman yang ia tempati bersama keluarga selama puluhan tahun akan ia tinggalkan melainkan juga ada ratusan batang tumbuhan yang sudah ditanam dan dipelihara di lokasi Lobang 8 sedang menghasilkan juga akan ia tinggalkan.

Nenek Mariyam bertambah sedih lagi, saat  tanam tumbuh yang sudah ia rawat selama puluhan tahun itu tidak mendapatkan kompesasi dari PT Bukit Asam Tbk. Sementara dia mendapat informasi bahwa tanam tumbuh milik tetangganya yang sama sama tinggal di lahan Lobang 8 sudah dibayar oleh PT Bukit Asam.

Hal ini membuat nenek Mariyam bertanya- tanya, apa bedanya tanam – tumbuh miliknya dengan tanam tumbuh milik tetangganya, sehingga tanam tumbuh milik tetangganya diberi kompensasi sedang tanam tumbuh miliknya tidak ada kompensasi.

Anggapan nenek Mariyam, apakah karena ia dianggap tua renta yang hidup sendiri di kediamannya di Lobang 8 tidak yang mau mengurus.

” Apakah karena aku ini sudah tua renta, hidup sendirian lagi, sehingga mereka anggap diriku ini tidak tahu, maka tidak perlu diberi kompensasi seperti orang lain, ” ucap nenek Mariyam sedih.

Menurut nenek Mariyam, oknum PTBA yang bertugas mengurusi kompensasi tanam tumbuh warga di Lobang 8 sangat tidak transparan bahkan terkesan sembunyi sembunyi agar dirinya jangan sampai tahu pembayaran kompensasi sudah dilaksanakan PTBA.

” Ada ketidak transparanan dan ketidak adilan dari PTBA dalam memberikan kompensasi tanam tumbuh terhadap warga di Lobang 8, ” tambah Mariyam lagi, saat disambangi media ini dikediamannya, Rabu (02/11/2022).

Nenek Mariyam pun mengakui kalau belum dibayarnya kompensasi tanam tumbuh miliknya di Lobang 8 ini sampai berdampak pada kesehatannya. Dirijya sampai terpikir terus hingga sering tidak ada napsu makan dan demam. Apalagi dirinya terdengar isu dari terangganya tanam tumbuh miliknya tidak ada kompensasi, dirinya bertambah sedih.

Diceritakan nenek Mariyam berkenaan dengan dirinya yang akan direlokasi. PTBA sudah 3 kali dipanggil ke kantor PTBA. Namun tidak sekalipun menyinggung masalah kompensasi tanam tumbuh.

” Ada tiga kali saya dipanggil ke kantor PTBA, tapi tidak pernah ada membahas masalah kompensasi tanam tumbuh miliknya, juga memang ada tangan tapi bukan masalah kompensasi,” ujar Mariyam.

Juga diakuinya memang ada beberapa orang yang menurut dia pegawai PTBA pernah mendatanginya di kediamannya di Lobang 8. Tapi tidak pernah membahas masalah kompensasi tanam tumbuh yang ia harapkan.

” Ada juga yang datang, tapi hanya sekedar silahturahmi dan sempat berfoto dengan dirinya,” ungkap Mariyam.

Lebih jauh diceritakan nenek Mariyam bahwa kediaman mereka di Lobang 8 sudah ditempati sejak zaman Belanda, yakni zaman kakeknya dulu. Mereka pun mendiami lahan konsesi PTBA bukan asal asalan. Mereka memiliki surat resmi dari PTBA untuk diizinkan tinggal dan bercocok tanam di lahan Lobang 8 Tanjung Enim karena dari kakeknya dan orang tuanya, suaminya serta menantunya memang pegawai di PTBA.

” Kalau saya ingat pada masa masa itu, saya tambah sedih karena PTBA bukan seperti saat ini. Sedang menantunya meninggal pada usia muda, juga bekerja di tambang batubara PTBA, ” tuturnya.

Lanjut dia, dirinya cuma berharap PTBA bisa berbuat adil dan bijaksana untuk memberikan kompensasi tanam tumbuh miliknya kalau itu memang sesuai aturannya. Nenek Mariyam juga meminta agar dirinya yang sudah tua tersebut janganlah terlalu dibodoh bodohi oleh oknum PTBA yang mengurus kompensasi tanam tumbuh di lahan Lobang 8. Kalau kompensasi tanam tumbuh itu memang hak dia kenapa juga ditiadakan.

” Kalau memang kompensasi tanam tumbuh itu sesuai aturan dan memang hak saya, kenapa juga mau dihilangkan,” keluhnya.

Nenek Mariyam bahkan sangat merasa tidak ikhlas pindah dari lahan Lobang 8 kalau kompensasi tanam tumbuh dirinya tidak diberikan, karena menurutnya, dirinya sudah jerih payah menanam dan merawat tanamannya hingga puluhan tahun.

” Saya sangat tidak ikhlas kalau kompensasi tanam tumbuh milik ku tidak diberikan, saya sudah jerih payah merawatnya,” demikian Nenek Mariyam.

Sementara itu terkait permasalahan ini,
Pgs Manajer Pengadaan Aset Tanah dan Bangunan (PATB) PT Bukit Asam, Agustinus  C Ayal saat dikonfirmasi di kantornya, dia tidak mau memberikan menjelaskan secara rinci dan transparan terkait relokasi dan kompensasi tanam tumbuh di Lobang 8 milik Nenek Mariyam.

Agustinus cuma berkata singkat serta tidak mau menjelaskan mengenai kompensasi tanam tumbuh milik Nenek Mariyam.

Bahkan dengan nada ketus, Agus mengatakan bahwa Permasalahan kompensasi tanam tumbuh milik Nenek Mariyam sudah selesai, tidak ada lagi yang perlu dibicarakan sembari memberi aba aba agar segera pergi meninggalkan ruangannya.

Begitu juga, Manajer Pengelolaan Aset Tanah dan Bangunan PT Bukit Asam, Ichsan Aprideni saat beberapa kali di kantornya, Namun tidak bisa ditemui.

Sedangkan Humas PT Bukit Asam, ketika ditemui dikantor, sedang tidak ada dikantor, ketika dikonfirmasi melalui pesan Wa, hingga berita ini diturunkan tidak memberikan respon.

Untuk diketahui bahwa media ini sudah berapa kali mendatangi nenek Mariyam untuk mengetahui perkembangan kesehatan nenek Mariyam sejak timbulnya permasalahan kompensasi tanam tumbuh miliknya belum dibayar.(Ab)




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *