Bandar Lampung, medianusantaranews.com
Warga Kelurahan Bumi Raya kota Bandar Lampung di kejutkan dengan robohnya Dinding Penahan Tanah (DPT) Milik PT KAI yang menjadi pembatas antara daerah pemukiman warga dan rel kereta api pada sekira pukul 15.00 (7/03). Akibat insiden itu perjalanan kereta babaranjang yang mengangkut lebih dari 8000 ton batu bara terpaksa harus di berhentikan karena alasan keamanan.
Franoto Wibowo selaku Divisi Humas PT KAI Reg IV mengatakan, hal tersebut tidak berdampak luas kepada perjalanan kereta babaranjang.
“ hanya terhenti sekitar 100 menit, dan untungnya tidak sampai memakan korban jiwa “ katanya saat ditemui di Kantor PT KAI Jln. Teuku Umar No. 23.
Pihaknya pun langsung melakukan penanganan sesuai dengan prosedur dengan menggunakan karung berisikan tanah sebagai alat untuk menambal bagian tembok betok yang roboh.
Franoto mengatakan tidak ada sebab pasti mengenai robohnya DPT tersebut. Namun dirinya melakukan analisa dari foto – foto yang beredar. Dia menyimpulkan adanya warga sekitar yang dengan sengaja melubangi DPT untuk digunakan sebagai saluran pembuangan limbah rumah tangga.
“ kita bisa lihat sendiri, ini dari analisa saya lo secara umum bisa kita lihat adanya saluran pipa yang menembus Dinding Penahan Tanah (DPT). Dan saya rasa ini salah satu faktor penyebab dari ambruknya dinding beton tersebut dan itu tanpa sepengetahuan kami “ paparnya.
Franoto pun menegaskan bahwa seharusnya jarak antara rel dan daerah pemukiman warga adalah 75 meter ke kanan dan ke kiri dan itu sudah di atur dalam ketentuan yang di tetapkan PT. KAI dengan menimbang segala resiko yang ada.
“ itulah makanya kami dari PT. KAI kan sudah memberitahukan sebelumnya 75 meter ke kanan dan kiri harus steril, namun fakta di lapangan kan lain ya, jadi ya kita mencoba untuk melindungi warga dan perjalanan kereta api dengan memasang pagar sterilisasi tersebut. Seharusnya memang aturan sterilisasi tadi itu sudah di aplikasikan sejak puluhan tahun lalu ya, tapi kan kalo kita berkaca terus kebelakang gak ada habisnya, tinggal sekarang kita pikirkan bagaimana mengatasinya “ kata franoto.
David Mamesa seorang dosen Arsitektur UBL mengatakan, dalam sudut pandang nya ada 3 masalah yang ada dalam kasus robohnya DPT tersebut.
“ yang pertama DPT itu harusnya bukan tembok yang di miringkan, tapi tembok yang berbentuk trapesium. Yang kedua, adanya saluran pembuangan yang menembus DPT, ini DPT ya bukan tembok betonnya. Jadi kemungkinan DPT ini di bobol menggunakan alat dan secara paksa, dalam ilmu arsitektur memang DPT itu suka di beri lubang agar tekanan tananh dan air pada saat hujan bisa keluar, tapi lain halnya jika lubang tersebut tidak direncanakan sejak awal malah akan menimbulkan keretakan pada pondasinya. Yang ketiga, kemungkinan DPT tidak dapat menhan tekanan dari beban yang ada di atas yang dipenuhi bangunan warga. Kan seharusnya jarak steril itu 50 – 75 meter ya “ katanya saat dihubungi via Whatsapp.
Terkait dengan adanya segelintir orang yang menebarkan kesan negatif terhadap PT. KAI karena telah membuat benteng yang dirasa sangat membuat warga susah dalam mencari akses jalan franoto mengatakan pihak PT. KAI hanya ingin menjaga warga dan perjalanan kereta api aman dan nyaman.
“ yang pertama, niat kita baik ingin melindungi warga agar tidak ada insiden yang tidak di inginkan. Yang kedua, sekali lagi saya tegaskan bahwa itu adalah aset milik PT. KAI, dan hal tersebut bisa kami pertanggung jawabkan. Dan pembangunan tembok tersebut bukan kami yang minta, tapi pemerintah pusat dan Kementrian Dinas Perhubungan yang membangun atas izin PT. KAI dengan alasan dan tujuan yang baik masa kami tolak? Ya nggak lah “ kata franoto.
( Ido )