Harga Getah Karet di Petani Anjlok Rp 2.500 Perkilo

Banyuasin, MNN- Masyarakat petani perkebunan karet mulai mengaku setres dilantak isu penutupan pabrik yang efeknya dalam sepekan ini harga getah karet eceran pada petani jeblok Rp 2.500 perkilo, sedangkan harga lelang diangka Rp 6.600 perkilonya. Harga segitu saja sudah susah menjualnya, karena tidak ada yang mau membelinya, jika harga getah karet dalam sepekan kedepan terus semacam ini anak dan istri kami terancam mati kelaparan, sebab harga satu kilo getah karet tak boleh beras 1/2 kilo, sementara tidak ada usaha lain, ucap Zulkarnain pekerja penyadap karet di wilayah Kecamatan Banyuasin 3 Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan saat berbincang dengan wartawan media ini (8/4/2020).

Zulkarnain menambahkan, harga getahnya sudah jatuh, yang bikin setres lagi alamnya tidak bersahabat, karena datang hujan tidak menentu, ditambah gatah hasil sadapanya sering dicuri maling. Kalau satu hektar kebun karet itu milik sendiri, jika disadap dalam kondisi alamnya normal masih boleh getah 20 kilo hingga 30 kilo, sekali pun harga getah Rp 2.500 perkilonya masih bisa untuk bertahan hidup, tetapi kebun tempatnya menyadap ini milik orang, jadi kami hanya boleh upahan 1/3 saja dari jumlah yang disadap, jadi golongan petani seperti kami bisa terancam kelaparan pak, keluhnya.

Bapak tiga anak ini mengaku pasrah, mudah-mudahan anak pertamanya dalam menempuh ujian akhir dikelas 12 oleh sekolah dinyatakan lulus, namun terancam tidak bisa lanjut sekolahnya kejenjang perguruan tinggi, karena adiknya nyusul masuk ke tingkat SLTA dan adiknya lagi masuk TK-PAUD, jika kondisi penghasilan sebagai tenaga upahan dari penyadap getah karet seperti saat ini kedua adiknya pun terancam tidak bersekolah, sebab untuk cukup makan saja sudah ngis-ngosan, tutupnya 

Hal senada juga dikeluhkan Rianti (32) warga asal Rantau Bayur Banyuasin juga mengaku bingung, sebagai pekerja buruh sadap getah karet milik tetangganya. Dengan harga getah murah. Jika tidak kerja menyadap, kedua anaknya pasti tak makan, sedangkan sumber penghasilanya hanya dari hasil upahan dari menyadap batang karet.

Rianti menjelaskan, kebun karet yang disadap itupun sudah tua, kalau tidak hujan dalan sehari menyadap masih boleh 10 kilo hingga 15 kilo. Dari sejumlah itu hasil dibagi dua dengan pemiliknya. Jadi kalau untuk sekedar makan nasih bisa didapat, tetapi kalau untuk membiayai sekolah anak yang mau melanjutkan ke SMP rasanya tak bisa diharap, ucapnya memilukan.

Terpisah, Syamsuri (55) sebagai pengepul getah karet diwilayah Pabgkalan Balai juga ngaku bingung terkait anjloknya harga getah karet dalam sepekan ini, tidak dibeli sudah diantar kerumah, dibeli harganya tidak sesuai, maka saya ambil Rp 3000 perkilo, itu sekedar menolong saja, karena kasihan mereka hanya sekedar untuk mencukupi makan keluarganya saja.

Dikatakan Syam, karena diantar sendiri bagi yang sudah lama berlangganan harganya Rp 3000 hingga Rp 3200 per kilonya dan mereka ngantar dan menimbangnya sendiri, tapi kalau yang baru sesuai harga pasaran sekarang ada yang Rp 2.500 perkilo dan Rp 500 sebagai upah ngantar dan menimbang sendiri.

Anjloknya harga getah karet ini efek dari isu pabrik tutup dan pengaruh alamnya sering hujan yang tidak menentu waktunya ditambah merebabnya wabah virus corona yang menghantui masyarakat yang membatasi aktivitasnya.

Kami hanya bisa berharap, kepada Pemerintah baik di Pusat, maupun didaerah supaya lebih memprioritas harga getah karet ini stabil dan setidak sekilo getah karet itu boleh sekilo beras saja sudah tenang, syukur-syukur selama ada Lock Down ada bantuan berupa sembako saja sudah aman, sedangkan masyarakat khususnya diwilayah Kabupaten Banyuasin ini banyak jadi buruh upahan tidak banyak yang ada kerja sampingan, wajar saja kalau ada warga yang ngeluh dan mengatakan keluarganya terancam kelaparan, ungkap mantan anggota legislatif awal tahun 2000 an ini.

Sementara saat dikonfirmasikan ke Pabrik Pengolahan getah karet di Unit Tebenan PTPN VII Betung melalui Kepala TUK, Joko Suyanto, SE membantah adanya isu penutupan pengelolahan karet. PTPN VII masih tetap beroperasi seperti biasa, yang pembelianya melalui pemasok. 

Hanya saja kata Joko, mengenai harganya dalam sepekan ini mengalami penurunan. Kalau sepekan lalu masih pada kisaran Rp 16 ribu sekian, untuk sepekan ini mengalami penurunan pada harga Rp 15 ribu sekian, itu dampak dari harga dunia serta efek dari Covid-19, terangnya. (waluyo)




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *