Medianusntaranews.com, (Banyuasin)-Pasca panen padi sawah di Sumatera Selatan para petani berdebar-debar jantungnya, Pasalnya harga hasil panen dan biaya tanam serta perawatan tidak berimbang akhirnya merugi besar, hal itu diungkapkan para petani sawah asal Kecamatan Selat Penuguan Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan memasuki musim panen di tahap pertama awal tahun ini, Hasan (49) kepada wartawan media ini 25 Maret 2021.
Hasan memambahkan haasil musim panen tahun ini harus berpikir terbalik, karena para petani dibuat merugi hingga terancam tidak bisa membayar utang pupuk dan biaya penggarapan, karena ongkos tanam dan pemeliharaan tanaman padi tidak sebanding dengan harga jual gabah dan beras yang terus anjlok, tegasnya kecewa.
Kami petani sawah disini hanya bisa pasrah dengan kondisi harga saat ini, jangankan berfikir boleh untung, kalau harga jual hasil panenya dengan harga murah bahkan mengalami kesulitan.
Pupuk bersubsidi saat musim tanam sangat susah didapatkan, kami terpaksa membeli pupuk non subsisdi dengan sistem bayar habis panen dengan harga tinggi. Sedangkan harga gabah kering saat panen hanya Rp 3000 perkilo sedangkan harga beras hanya Rp 7000 perkilo, sekalipun awal tahun ini hasil panen padinya tergolong melimpah.
Mewakili para petani padi sawah di Banyuasin kata Hasan meminta kepada Pemerintah tidak melakukan impor beras, sebab berdampak buruk bagi para petani, jika dipaksakan kami bisa sekarat karena terjerat utang yang lebih berat lagi, tutupnya.
Terpisah via WhatsApp, Wakil Ketua DPRD Banyuasin Sukardi mengatakan “Kondisi hari ini Maret-April adalah puncaknya panen raya, semestinya petani menikmati hasil dari jerih payahnya, bukan malah sebaliknya yang terjadi hari ini petani padi malah mengalami kesedihan hati dikarenakan saat panen raya harga gabah anjlok dan jauh dari harga pembelian yang telah ditetapkan oleh pemerintah, apa lagi ditambah dari rencana Kementerian Perdagangan akan nengimpor beras dari luar negeri, ini akan jauh lebih menyakitkan bagi petani padi Pahlawan Pangan”, jawabnya.
Masih komentarnya dia, “Dengan kondisi saat ini menurut wakil Ketua DPRD Banyuasin dinilai rasanya kurang pas. Saat sekarang ini kalau Pemerintah berencana impor beras, justru sebaliknya kami berharap agar Pemerintah bisa menampung hasil panen petani ini secara maksimal, sehingga kita akan berada pada posisi kedaulatan pangan negeri ini”, bebernya.
Anggota DPRD Banyuasin dari Fraksi PDI Perjuangan meminta “Pemerintah bisa membuat regulasi atau kebijakan terkait menanggulangi permasalahan ini, terlebih alasan klasik yang selalu terjadi dari tahun ke tahun antara lain terjadi kekurangan atau kelangkaan pupuk pada saat dibutuhkan, harga saprodi yang melonjak naik”, desaknya.
Kami menunggu ‘political will’ dari pemerintah, misalnya dengan kebijakan resi gudang ataupun tunda jual dan lain sebagainya, sehingga profesi petani akan bisa dibanggakan oleh para generasi penerusnya, utamanya para generasi ‘millenial’ saat ini yang sangat kurang tertarik dengan dunia pertanian, tutup Ketua KTNA Kabupaten Banyuasin, tukasnya.(MNN/waluyo)